KENDARI – SULTRAICON.COM.|| Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari kembali menuai sorotan. Sebagai kampus Islam, lembaga ini sejatinya diharapkan menjadi pusat pencetak kader dai, imam, dan ulama muda. Namun, kenyataan di lapangan justru menunjukkan hal sebaliknya.
Sejumlah mahasiswa menilai, kampus belum serius dalam menanamkan kompetensi keislaman. Ruang pembinaan bagi mahasiswa yang memiliki minat dan potensi di bidang dakwah masih minim. Bahkan, masjid kampus yang seharusnya menjadi laboratorium kaderisasi nyaris tidak difungsikan secara maksimal.
Ironisnya, mahasiswa dipersulit dengan kewajiban memiliki sertifikat baca Al-Qur’an sebagai syarat kelulusan skripsi. Sayangnya, pihak kampus tidak menyediakan wadah pembinaan yang memadai untuk meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an mahasiswa. Hal ini menimbulkan kesan bahwa aturan tersebut hanya sebatas formalitas tanpa tanggung jawab nyata dari lembaga.
“IAIN Kendari terlalu mendunia secara visi, tetapi bohong dalam misi. Buktinya di lapangan tidak ada pembinaan atau kaderisasi yang konkrit. Kampus lebih suka tampil sebagai peserta event, itupun bukan event yang berbasis keislaman,” ujar Abdurrahman, mahasiswa pascasarjana IAIN Kendari, kepada awak media, Kamis (2/10).
Kritik ini mempertegas keresahan mahasiswa bahwa IAIN Kendari perlahan kehilangan ruh keislamannya. Alih-alih tampil sebagai pusat pengkaderan dai dan imam muda, kampus justru terkesan lebih mengejar pencitraan luar ketimbang memperkuat misi keilmuan Islam yang seharusnya menjadi identitas utamanya.
Editor: Red